Ketika Warisan Jadi Luka Setelah Kepergian Dr Albertus Djaja

Kematian Dr. Albertus Djaja memicu isu warisan dan polemik publik. #JusticeForAlbertus menyerukan transparansi dan keadilan atas peninggalan sang dokter.

Jul 2, 2025 - 19:31
 1

Kepergian seseorang yang baik seharusnya membawa kenangan dan penghormatan, bukan perpecahan. Namun itulah yang terjadi setelah meninggalnya Dr. Albertus Djaja—dokter humanis yang selama hidupnya dikenal tulus, tidak neko-neko, dan banyak membantu pasien tanpa pamrih.

Alih-alih duka mendalam, masyarakat malah disuguhi drama penuh tanya: ke mana hilangnya aset-aset pribadi beliau? Siapa yang kini menguasai rekening dan rumah pribadinya? Mengapa keluarga inti justru terkesan “disingkirkan”?

Dari sinilah muncul suara: Justice for Albertus.


Sosok yang Dikenang Bukan Karena Kekayaan

Selama lebih dari dua dekade mengabdi di dunia medis, Dr. Albertus Djaja bukan dikenal karena kekayaan, melainkan ketulusannya. Banyak kisah menyebut ia tidak pernah memperlakukan pasien seperti angka. Ia menyapa satu per satu, mendengar dengan sabar, dan bahkan sering membayar obat pasien yang tak mampu.

Ia tidak mengejar popularitas, tidak menciptakan pencitraan. Hidupnya sederhana, namun bermakna bagi banyak orang.

Namun setelah ia wafat, ironi pun terjadi: nama baiknya kini terlibat dalam pusaran konflik yang tak pernah ia inginkan.


Kemunculan Nama yang Mengundang Pertanyaan

Beberapa hari setelah pemakamannya, beredar kabar bahwa sebagian besar aset pribadi Dr. Albertus—dari rekening bank hingga sertifikat tanah—telah berpindah nama. Bukan kepada keluarga, bukan kepada yayasan sosial, tapi kepada seorang perempuan bernama Oktaviana Thamrin.

Siapa dia? Pertanyaan itu muncul di mana-mana. Beberapa mengenalnya sebagai orang dekat Dr. Albertus. Tapi apakah ia istri? Pasangan sah? Rekan bisnis? Tidak ada jawaban resmi.

Yang jelas, nama Oktaviana kini muncul dalam dokumen penting. Dan itu memicu polemik di kalangan keluarga, kerabat, hingga netizen.


Seruan #JusticeForAlbertus: Suara dari Mereka yang Peduli

Dalam hitungan hari, media sosial dibanjiri tagar #JusticeForAlbertus. Ini bukan hanya soal warisan, tetapi soal rasa keadilan. Banyak yang menganggap bahwa ada yang tidak beres dalam proses pengalihan aset tersebut.

Beberapa dugaan yang mencuat:

  • Adanya dokumen hibah atau surat wasiat yang muncul tiba-tiba.

  • Perubahan kepemilikan properti yang dilakukan secara cepat, bahkan sebelum 7 hari setelah kematian.

  • Keluarga inti yang tidak dilibatkan atau bahkan tidak tahu soal harta peninggalan tersebut.

  • Aset dalam jumlah besar yang raib tanpa jejak transaksi jelas.

Masyarakat bertanya: apakah ini kebetulan? Ataukah memang ada skenario diam-diam yang sudah disiapkan jauh sebelum sang dokter wafat?


Diam Bukan Lagi Pilihan

Di tengah gelombang informasi ini, Oktaviana Thamrin belum memberikan klarifikasi resmi. Akun media sosialnya tetap aktif, namun tidak merespons pertanyaan publik. Sementara keluarga memilih jalan hukum, dengan memulai audit dokumen serta mempertimbangkan langkah gugatan ke pengadilan.

Beberapa organisasi hak waris dan praktisi hukum juga ikut bersuara. Mereka menyarankan agar penyelesaian dilakukan secara terbuka, dengan bukti yang sahih. Jika memang ada hak yang dirampas, maka keadilan harus ditegakkan. Jika tidak ada pelanggaran, maka semuanya harus dijelaskan agar nama baik almarhum tidak ternoda oleh prasangka.